Minggu, 05 Januari 2014
TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI Os. FEMUR DENGAN KASUS POST ORIF FRAKTUR 1/3 DISTAL DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD Dr. MOEWARDI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Praktek Kerja Lapangan I
Disusun oleh :
WITDIA ASTUTI
P17430312041
PRODI D III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI PURWOKERTO
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2013-2014
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan I pada Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto yang dilaksanakan di RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.
Nama : WITDIA ASTUTI
NIM : P17430312041
Judul : Teknik Pemeriksaan Radiografi Os. Femur dengan kasus post ORIF fraktur 1/3 distal di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi
Surakarta, November 2013
Koordinator Pembimbing Pembimbing
Rosalia Herni P ,S.ST Tyas Eka Sari, Amd.Rad
NIP. 19700910 199303 2003 NIP. 19720201 199303 2005
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Teknik Pemeriksaan Radiogarfi Os. Femur dengan kasus post ORIF fraktur 1/3 distal di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi”.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan I Semester III, yang di laksanakan di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 14 Oktober sampai 23 November 2013.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dartini, SKM, M.Kes selaku ketua prodi D-III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto.
2. Ibu Dr. Widiastuti, Sp.Rad selaku kepala Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
3. Ibu Tyas Eka Sari, Amd.Rad selaku Clinical Instructure di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
4. Seluruh radiografer, staff, dan karyawan Instalsi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah membimbing Praktek Kerja Lapangan I.
5. Bapak, Ibu dan kakakku tercinta dirumah atas do’a dan dukungannya selama ini.
6. Andhyka yang selalu memberiku semangat.
7. Teman-teman seperjuanganku di PKL 1 RSUD Dr. Moewardi Fita, Herni, Sofi, Cenung, Ipul dan Doni.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.
Kritik dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan Kasus ini. Akhir kata semoga penulisan laporan kasus ini dapat diterima dan memberikan manfaat bagi semua pihak.
Surakarta, November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
Daftar Gambar v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 2
D. Metodologi Pengumpulan Data 2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi 4
B. Patologi 5
C. Teknik Pemeriksaan Radiografi 9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kasus 14
B. Pembahasan 19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 21
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 23
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. Os. Femur dextra posisi posterior 5
GAMBAR 2. Pemeriksaan femur dengan proyeksi AP 10
GAMBAR 3. Hasil radiograf femur proyeksi AP 10
GAMBAR 4. Pemeriksaan femur dengan proyeksi mediolateral 11
GAMBAR 5. Hasil radiograf femur proyeksi mediolateral 12
GAMBAR 6. Pemeriksaan femur dengan proyeksi latero medial 13
GAMBAR 7. Hasil radiografi femur proyeksi latero medial 13
GAMBAR 8. Pemeriksaan femur proyeksi AP 16
GAMBAR 9. Hasil radiograf proyeksi AP 16
GAMBAR 10. Pemeriksaan femur proyeksi lateral 18
GAMBAR 11. Hasil radiograf proyeksi lateral 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, peralatan transportasi juga mengalami perkembangan yang semakin pesat dan beragam. Kurangnya kesadaran dari para pemakai jalan untuk mematuhi peraturan lalu lintas menyebabkan tingkat kecelakaan lalu lintas semakin meningkat. Sebagai akibat dari kecelakaan tersebut dapat menyebabkan fraktur bila seseorang di tabrak dengan benturan yang sangat keras. Salah satu fraktur yang sering terjadi pada kecelakaan tersebut adalah fraktur pada os. femur . Fraktur os. femur adalah patah tulang pada tulang paha yang disebabkan oleh hal-hal tertentu. Seperti, kecelakaan, jatuh, perkelahian dll.
Instalasi Radiologi merupakan salah satu instalasi penunjang medik di rumah sakit yang mempunyai fungsi yang cukup penting dalam rangka untuk menegakkan diagnosa dari fraktur tersebut. Oleh karena itu perlu pemahaman dan teknik yang baik untuk menghasilkan radiograf yang berkualitas.
Berdasarkan pengamatan penulis pada saat PKL I di Instalasi radiologi RSUD Dr. MOEWARDI, teknik pemeriksaan radiografi pada kasus fraktur femur dilakukan dengan Proyeksi Antero Posterior dan Lateral. Hal ini sudah sesuai dengan teori dari Bontrager seventh edition. Akan tetapi penulis ingin membahas lebih lanjut mengenai prosedur pemeriksaan yang dilakukan, serta sejauh mana informasi diagnostik yang diperoleh dalam penggunaan teknik tersebut dalam rangka penegakkan diagnosa pada kasus fraktur femur. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas dan mengangkatnya dalam bentuk Laporan Kasus I dengan judul “Teknik Pemeriksaan Radiografi Os. Femur dengan kasus post ORIF fraktur 1/3 distal di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi ”.
.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengemukakan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Teknik Pemeriksaan Radiografi Os. Femur dengan kasus post ORIF fraktur 1/3 distal di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi ?
2. Sejauh mana informasi diagnostik yang diperoleh dari teknik pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka memberikan informasi yang optimal pada kasus fraktur femur ?
C. TUJUAN PENULISAN
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana Teknik Pemeriksaan Radiografi Os. Femur dengan kasus post ORIF fraktur 1/3 distal yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi
2. Untuk mengetahui sejauh mana informasi yang diperoleh dari teknik pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka penegakan diagnosa pada kasus post ORIF fraktur femur
3. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan I semester III Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang
D. METODOLOGI PENGUMPULAN DATA
Data-data yang mendukung penulisan studi kasus ini, penulis dapatkan dari beberapa sumber, yaitu :
1. Studi Pustaka
Pengumpulan data yang bersifat teoritis yang berkaitan dengan masalah yang penulis bahas.
2. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan radiografer dan semua pihak yang terkait dalam penulisan studi kasus ini.
3. Pengamatan
Data-data yang penulis dapatkan berdasarkan pengalaman selama menjalani praktek klinis.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Anatomi Femur
Os. Femur dalam bahasa latin yang berarti paha, adalah tulang terpanjang, terkuat dan terberat dari semua tulang pada rangka tubuh.
1. Ujung prokasimal femur memiliki kepala yang membulat untuk berartikulasi dengan asetabulum. Permukaan lembut dari bagian kepala mengalami depresi, fovea kapitis, untuk tempat perlekatan ligament yang menyangga kepala tulang agar tetap di tempatnya dan membawa pembuluh darah kepala tersebut.
a. Femur tidak berada pada garis vertical tubuh. Kepala femur masuk dengan pas asetabulum untuk membentuk sudut sekitar 125º dari bagian leher femur, dengan demikian batang tulang paha dapat bergerak bebas tanpa terhalang pelvis saat paha bergerak.
b. Sudut femoral pada wanita biasanya lebih miring ( kurang dari 125º ) karena pelvis lebih besar dan femur lebih pendek.
2. Di bawah bagian kepala yang tirus adalah bagian leher yang tebal, yang terus memanjang sebagai batang. Garis intertrokanter pada permukaan anterior dan Krista intertrokanter di permukaan posterior tulang membatasi bagian leher dan bagian batang.
3. Ujung batas batang memiliki dua prosesus yang menonjol, trokanter besar dan trokanter kecil, sebagai tempat perlekatan otot untuk menggerakan persendiaan panggul.
4. Bagian batang permukaannya halus dan memiliki tanda saja, linea aspera yaiku lekuk kasar untuk perlekatan beberapa otot.
5. Ujung bawah batang melebar kedalam kondilus medial dan kondilus lateral.
a. Pada permukaan posterior, dua kondilus tersebut membesar dengan fosa interkondilar yang terletak diantara keduanya. Area triangular di atas fosa interkondilar disebut permukaan popliteal.
b. Pada permukaan anterior, epikondilus medial dan lateral berada diatas dua kondilus besar. Permukaan artikular halus yang terdapat diantara kedua kondilus adalah permukaan patellar, yang berbentuk konkaf untuk menerima patella ( tempurung lutut ).
6. Os Femur terbagi atas tiga bagian yaitu bagian proximal, medial, dan distal.
a. Proximal Femur
Adalah bagian tulang femur yang berdekatan dengan pelvis. Terdiri atas : kepala (head), leher ( neck), greater dan lesser trochanter.
1) Kepala ( head)
Bentuk kepala femur melingkar dan merupakan bagian yang menempel dengan pelvis membentuk Hip joint
2) Leher ( neck )
Leher femur menyerupai bentuk piramida memanjang, serta merupakan penghubung antara kepala femur dengan trochanter.
3) Greater Trochanter
Adalah prominance besar yang berlokasi di bagian superior dan lateral tulang femur. Lesser trochanter merupakan prominance kecil yang berlokasi di bagian medial dan posterior dari leher dan body tulang femur.
Gambar 1. Os Femur dextra posisi posterior
( Bontrager, Sixth Edition )
b. Medial Femur
Adalah bagian tulang femur yang membentuk body dari femur menyerupai bentuk silinder yang memanjang.
c. Distal Femur
Bagian anterior dari distal femur merupakan lokasi tempat melekatnya tulang patella, terletak 1,25 cm di atas knee joint. Bagian posterior dari distal femur terdapat dua buah condilus, yaitu condilus lateral dan condilus medial. Kedua condilus ini dipisahkan oleh forsa intercondilus.
B. Patologi
1. Deskripsi Post ORIF
ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi), open reduksi merupakan suatu tindakan pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah / fraktur sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.Internal fiksasi biasanya melibatkan penggunaan plat, sekrup, paku maupun suatu intramedulary (IM) untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi. Fraktur adalah teputusnya jaringan tulang-tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
2. Deskripsi fraktur
Angulasi dan oposisi tulang adalah dua istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan fraktur tulang panjang. Derajat dan arah angulasi dari posisi normal suatu tulang panjang dapat menunjukan derajat keparahan fraktur dan tipe penatalaksanaan yang harus diberikan.
Deskripsi fraktur ada dua, yaitu :
1. Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
2. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah ditembus. Konsep penting yang perlu diperhatikan adalah apakah terjadi kontaminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur tersebut. Fragmen fraktur dapat menembus kulit pada saat terjadinya cedera, terkontaminasi, kemudian kembali hampir pada posisinya semula. Pada keadaan semacam ini maka operasi untuk irigasi, debridement, dan pemberian antibiotika secara intra vena mungkin diperlukan untuk mencegah terjadinya osteomielitis. Pada umumnya operasi irigasi dan debridement pada fraktur terbuka harus dilakukan dalam waktu 6 jam setelah terjadinya cedera untuk mengurangi kemungkinan infeksi.
C. Jenis-jenis Fraktur
Fraktur adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tulang. Berdasarkan penyebab fraktur dibedakan menjadi :
1. Fraktur yang disebabkan trauma berat
Fraktur ini disebabkan oleh trauma / retak paksa yang terjadi tiba-tiba dan sangat berat. Kerusakan yang dihasilkan sangat bervariasi tergantung dari besar dan kuatnya trauma, trauma langsung atau tidak langsung, umur penderita dan lokasi fraktur.
2. Fraktur Patologi
Fraktur patologi adalah yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami proses patologi seperti tumor tulang primer atau sekunder, myeloma multiple, cista tulang, osteomilitis dan sebagainya. Trauma ringan saja sudah dapat menimbulkan fraktur.
3. Fraktur Stress
Disebabkan oleh trauma ringan tapi terus menerus misalnya fraktur march pada metatarsal, fraktur fibula pada pelari jarak jauh dan sebagainya.
Beberapa tipe fraktur / dilihat dari segi sudut patahnya :
a. Fraktur Transversal
Fraktur transversal adalah yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempatnya semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.
b. Fraktur Oblik
Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.
c. Fraktur Komunitif yaitu bila lebih dari 2 fragmen
d. Fraktur multiple pada tulang
Fraktur multiple pada tulang dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Fraktur Segmental
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada suatu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai daerahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani, biasanya satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh. Dan keadaan ini mungkin memerlukan pengobatan secara bedah.
2. Fraktur Impraksi
Fraktur impraksi adalah terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada di antaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.
3. Fraktur Spiral
Fraktur Spiral adalah timbul akibat torsi pada ekstrimitas. Fraktur ini khas pada cidera main sky, dimana ujung sky terbenam pada tumpukan salju dan sky berputar sampai patah tulang. Dan yang menarik adalah bahwa jenis fraktur rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
4. Fraktur Avulasi
Memisahkan satu frakmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligament. Biasanya tidak ada pengobatan yang spesifik yang diperlukan. Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali frakmen tulang tersebut.
5. Fraktur Greenstick
Fraktur greenstick adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami re-modelling ke bentuk dan fungsi normal.
Tanda dan gejala fraktur, antara lain :
a. Adanya deformitas
b. Adanya krepitasi
c. Nyeri tekan
d. Nyeri ketuk
e. Fungsiolesa
D. Teknik Pemeriksaan Radiografi Os. Femur
1. Persiapan Alat dan Bahan
Alat-alat dan bahan yang dipersiapkan dalam pemeriksaan Os. Femur :
a. Pesawat sinar-X
b. Kaset ukuran 35 X 43 cm
c. Marker R dan L
d. Alat fiksasi yang diperlukan
e. Processing film
2. Proyeksi Pemeriksaan
a. Proyeksi Antero Posterior ( Bontrager Edition Seventh : 272 )
1) Posisi Pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan kedua tungkai diatur lurus dan gunakan bantal untuk pengganjal kepala ( untuk kenyamanan pasien ).
2) Posisi Obyek
Atur femur berada di pertengahan kaset. Rotasi internal pada tungkai sekitar 5 derajat untuk true AP knee (untuk proximal femur rotasi internal 15 - 20 derajat untuk true AP hip).
3) Arah Sinar
Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
4) Titik Bidik
Pertengahan tulang femur dan kaset.
5) Ukuran Film
35 X 43 cm.
6) FFD
100 cm
Gambar 2 pemeriksaan femur dengan proyeksi Antero Posterior (AP)
( Bontrager, Sixth Edition )
7) Kriteria Radiograf
Gambaran dua pertiga distal femur dalam posisi AP, tampak knee joint tidak sepenuhnya membuka karena penggambarannya hanya memanfaatkan sinar divergen tanpa os patella superposisi dengan femur.
Gambar 3 Hasil radiograf femur proyeksi Antero Posterior
( Bontrager, Sixth Edition )
b. Proyeksi Medio Lateral ( Bontrager, Sixth Edition )
1) Posisi Pasien
Posisikan pasien dalam posisi lateral recumbent ke arah obyek yang diperiksa atau supine untuk pasien trauma, gunakan bantal untuk mengganjal kepala, kedua tangan ditekuk diletakkan didepan tubuh. Fiksasi kaki yang tidak diperiksa dengan bantal gunakan apron untuk melindungi organ sensitif selama tidak mengganggu obyek yang diperiksa.
2) Posisi Obyek
Knee joint difleksikan 45o dan atus garis lurus di mideline meja. Pastikan femur tepat berada di tengah kaset.
3) Arah Sinar
Vertikal tegak lurus kaset
4) Titik Bidik
Pertengahan tulang femur dan pertengahan kaset, atur kolimasi secukupnya dengan luas obyek yang diperiksa
5) Ukuran Film
35 X 43 cm
6) FFD
100 cm
Gambar 4 pemeriksaan femur dengan proyeksi Mediolateral
( Bontrager, Sixth Edition )
7) Kriteria Radiograf
Gambaran dua pertiga distal femur dalam posisi mediolateral, tampak knee joint tidak sepenuhnya membuka karena penggambarannya dan condylus femur tidak saling superposisi karena pengaruh dari sinar divergen tanpa Os. Patella.
Gambar 5 hasil radiograf femur proyeksi mediolateral
( Bontrager, Sixth Edition )
c. Proyeksi Latero Medial ( Bontrager, Sixth Edition )
1) Posisi Pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan. Atur kedua kaki lurus ke bawah, gunakan bantal untuk mengganjal kepala, letakkan kaset diantara kedua femur dan fiksasi agar tidak gerak.
2) Posisi Obyek
Letakkan soft bag (pengganjal) untuk mengganjal femur yang diperiksa, dan atur supaya tepat berada di tengah kaset.
3) Arah Sinar
Horizontal tegak lurus terhadap kaset.
4) Titik Bidik
Pertengahan tulang femur dan kaset.
5) Ukuran Film
35 X 43 cm
6) FFD
100 cm
Gambar 6 pemeriksaan femur dengan proyeksi Latero Medial
( Bontrager, Sixth Edition )
7) Kriteria Radiograf
Gambaran dua pertiga distal femur dalam posisi lateromedial, condylus femur saling superposisi serta tampak patella dalam posisi lateromedial.
Gambar 7 hasil radiograf femur proyeksi Latero Medial
( Bontrager, Sixth Edition )
BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kasus
Pada bab ini akan diuraikan mengenai pelaksanaan “Teknik Pemeriksaan Radiografi Os. Femur dengan kasus post ORIF fraktur 1/3 distal di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi ”.
1. Ilustrasi Kasus
Data Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Kayen
Nomor RM : 01226xxx
Nomor foto : 13000xxxxx
Pemotretan foto : femur 1/3 distal sinistra
Keterangan klinis : CF femur 1/3 tengah kiri
2. Riwayat penyakit
Beberapa hari yang lalu pasien mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien mengalami fraktur di daerah Os. Femur 1/3 distal. Selanjutnya pasien dilakukan operasi pemasangan Internal Fiksasi di IBS. Setelah dilakukan pemasangan Internal Fiksasi pasien dibawa ke Instalasi Radiologi Dr. Moewardi akan dilakukan foto femur AP dan Lateral untuk melihat kedua platting.
3. Prosedur pemeriksaan
a. Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus pada pasien, pasien hanya melepaskan benda logam disekitar femur yang dapat mengganggu gambaran radiograf.
b. Persiapan alat dan bahan
1) Pesawat sinar – X
Model : DRX – 1824B
Merk : Toshiba
Kapasitas : max voltage = 150kV
2) Imaging Plate ukuran 35 x 43 cm
3) Marker L
4) Mesin CR
4. Teknik pemeriksaan
Pada kasus ini dilakukan 2 (dua) proyeksi, yaitu :
a. Proyeksi Antero Posterior (AP)
1) Posisi Pasien
Pasien tidur supire di atas meja pemeriksaan dengan kedua tangan lurus ke samping tubuh, kepala pasien diganjal dengan bantal, kedua kaki pasien lurus ke bawah.
2) Posisi obyek
Letakkan femur diatas kaset, pada posisi femur True AP, dengan femur pada pertengahan kaset.
3) Arah sinar
vertikal tegak lurus terhadap femur dan kaset
4) Ukuran film
35 X 43 cm
5) FFD
100 cm
Faktor eksposi
kV = 60
mAs = 5,4
6) Titik bidik
Pertengahan tulang femur dan pertengahan kaset, atur kolimasi secukupnya dengan luas obyek yang diperiksa.
Gambar 8. Pemeriksaan femur proyeksi ap
7) Kriteria Radiograf
Gambar 9. hasil radiograf proyeksi AP
a) Tampak Os. Femur dalam posisi true AP
b) Tampak Os. Femur 1/3 distal terpasang Internal Fiksasi
c) Tampak kedua ujung platting
d) Tampak condyles medialis dan condyles lateralis
e) Tampak knee joint superposisi dengan patella
b. Proyeksi Lateral
1) Posisi pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan. Kepala pasien diganjal dengan bantal, kedua kaki pasien lurus.
2) Posisi obyek
Letakkan femur dipertengahan kaset. Memastikan bahwa femur akan tercover dalam film ketika sinar disudutkan.
3) Arah sinar
Sinar disudutkan antara 150-300 dari bagian medial ke lateral.
4) Titik bidik
Pertengahan tulang femur, atur kolimasi secukupnya dengan luas obyek yang diperiksa.
5) Ukuran film
35 x 43 cm
6) FFD
100 cm
Faktor eksposi
kV = 60
mAs = 8
Gambar 10. Pemeriksaan femur proyeksi lateral
7) Kriteria radiograf
Gambar 11. hasil radiografi proyeksi Lateral
a) Tampak Os. Femur 1/3 distal terpasang Internal Fiksasi
b) Tampak Trochanter Minor
5. Pengolahan film
Pengolahan film yang penulis lakukan pada pemeriksaan Os. Femur ini adalah menggunakan CR.
6. Hasil pemeriksaan
Foto femur kiri AP / Lateral :
a. Tampak comminutive fraktur pada 1/3 tengah Os. Femur kiri yang telah terpasang internal fiksasi
b. Alignment dan aposisi baik
c. Trabekulasi tulang diluar lesi normal
d. Celah dan permukaan sendi dalam batas normal
e. Tak tampak klasifikasi abnormal
f. Tak tampak squester, involucrum, cloaca maupun periosteal reaction
g. Tak tampak erosi / destruksi tulang
h. Tak tampak soft tissue mass/swelling
i. Tampak terpasang drain dengan ujung distal yang tak tampak jelas
Kesimpulan :
1) Comminutive fraktur pada 1/3 tengah Os. Femur kiri yang telah terpasang internal fiksasi
2) Tak tampak tanda-tanda osteomyelitis
3) Terpasang drain dengan ujung distal yang tak tampak jelas
B. Pembahasan
Berikut ini akan penulis uraikan tentang pembahasan pelaksanaan Teknik Pemeriksaan Radiografi Os. Femur dengan kasus post ORIF fraktur 1/3 distal yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi :
1. Teknik Pemeriksaan Radiografi post ORIF fraktur Os. Femur di teori hanya fokus pada kasus yang kita bahas saja dan hanya memperlihatkan salah satu sendi saja sedangkan di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi jika terjadi fraktur harus memperlihatkan kedua sendi. Tujuan dilakukan pemotretan post ORIF adalah untuk mengetahui kondisi tulang setelah dilakukan ORIF. Sehingga harus dipastikan daerah yang mengalami fraktur tampak jelas pada proyeksi AP maupun Lateral. Apabila terpasang platting berarti kedua ujung platting harus tampak. Karena fraktur tulang dapat mempengaruhi posisi persendian sehingga pada post ORIF kedua sendi harus bisa dinilai. Sehingga dalam pembuatan radiografnya harus menggunakan kaset minimal 35 x 43 cm dengan tujuan agar kedua sendi bisa tampak. Mengingat kondisi pasien post ORIF biasanya non kooperatif, sehingga pembuatan radiografnya bisa dilakukan dengan memanipulasi proyeksi. Pada proyeksi AP yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi sama dengan teori sedangkan untuk proyeksi Lateral tidak sama dengan teori. Pada proyeksi lateral dengan klinis post ORIF fraktur pada Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi dilakukan dengan cara menyudutkan arah sinarnya. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan hasil radiograf yang true lateral.
2. Penggunakan proyeksi AP dan Lateral pada pemeriksaan post ORIF fraktur femur di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi sudah dapat mendukung dalam memberikan informasi yang optimal dari fraktur femur tersebut. Pada proyeksi AP ( Antero Posterior ) bertujuan untuk memperlihatkan anatomi normal dari os femur dan untuk menampakkan fraktur yang ada dari arah depan atau pada posisi AP.
Sedangkan proyeksi Lateral bertujuan untuk memperlihatkan os. femur dari arah samping serta memperlihatkan fraktur yang ada pada posisi lateral sehingga dapat melengkapi diagnosa fraktur yang ada dari posisi AP. Informasi diagnostik yang diperoleh pada penggunaan proyeksi AP dan Lateral sudah optimal dalam mendukung pada penegakkan diagnosa fraktur femur pada pasien tersebut. Yang dapat terlihat dari seorang radiografer yaitu hasil radiograf dan anatomi gambar femur.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas uraian - uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. Teknik radiografi Os. Femur dengan kasus fraktur 1/3 distal di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi, dilakukan dengan proyeksi AP dan Lateral. Dimana proyeksi lateral yang dilakukan dengan posisi pasien supine dan arah sinar yang disudutkan antara 150-300.
2. Penggunaan proyeksi AP dan Lateral pada pemeriksaan radiografi fraktur femur di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi sudah dapat memberikan informasi diagnostic yang optimal dalam mendukung penegakkan diagnosa dari fraktur femur. Selain menghasilkan gambaran radiograf yang optimal dan memberikan informasi yang maksimal, disamping itu juga pasien nyaman ketika diposisikan.
B. Saran
Dalam melakukan posisioning mengingat post ORIF harus hati – hati agar tidak mempengaruhi obyek yang telah dilakukan ORIF. Dan dalam memberikan proteksi radiasi pasien yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi masih kurang karena masih memberikan paparan radiasi terlalu banyak kepada pasien, seharusnya kolimasi harus selebar obyek bukan selebar kaset.
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager, Kenneth L. 2010. Textbox of Radiographic Position and Related Anatomi sixthy edition, Mosby : United State of America
Bontrager, Kenneth L. 2010. Textbox of Radiographic Position and Related anatomi seventh edition, Mosby : United State of America
www.google.com
LAMPIRAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar